A.
PENGERTIAN
TEOLOGI ISLAM
Istilah
Teologi berasal dari akar kata dua istilah bahasa Yunani Theos dan logos. Theos berarti tuhan atau ilah
dan logos berarti perkataan, firman atau wacana, jadi makna istilah teologi
adalah wacana (ilmiah) mengenai Tuhan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia
teologi adalah pengetahuan ketuhanan (mengenai sifat2 Allah, dasar2 kepercayaan
terhadap Allah dan agama terutama berdasarkan pada kitab2 suci).
Teologi
Islam berarti ilmu yang mempelajari tentang Allah, sifat-sifat Allah,
kepercayaan terhadap Allah yang berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits. Atau yang
sering disebut Ilmu Kalam.
B.
LATAR BELAKANG
LAHIRNYA MADZHAB KALAM
Seperti
pada tradisi keilmuan Islam yang lain, Ilmu Kalam sebagai sebuah disiplin ilmu
belum dikenal pada masa nabi. Meskipun demikian akar-akar teologis yang dapat
mengarah pada lahirnya kajian ilmu kalam dimasa selanjutnya telah ada dalam
dasar ajaran Islam sendiri. Seperti kita ketahui, pada dasarnya Islam
mengandung dua aspek ajaran. Yakni amalan lahir dan batin, Ibnu khaldun
menyebut dua aspek tersebut dengan Al-takalif al-badaniyah dan al-takalif
al-qolbiyah. Amalan lahir yang
berhubungan dengan Ibadah merupakan pembahasan dalam Ilmu Fiqh dan amalan batin
atau disebut amalan hati yang berhubungan dengan kepercayaan merupakan
pembahasan Ilmu Kalam.
Dalam
menjalani kehidupan suatu hal yang kita mantapkan adalah aqidah/kayakinan
kepada allah SWT. Rasanya aktifitas sehari-hari tak ada gunanya jika tidak di
dasari dengan keimanan yang kuat. Dalam kajian ini kita telah mengenal Teologi
Islam yang membahas tentang pemikiran dan kepercayaan tentang ketuhanan.
Teologi Islam ini sudah sepantasnya kita ketahui agar dalam menjalani kehidupan
ini kita mengetahaui dan menjadi Idealnya orang Islam. Dalam kehidupan
sehari-hari kita banyak menjumpai perbedaan-perbedaan pemikiran dan aqidah yang
mengiringi, dan kita harus pandai dalam memilih dan memilahnya dengan
berlandaskan Al-qur’an dan Al-hadist. Perlu kita mengingat apa yang pernah di
katakan oleh Rasulullah bahwa “ umatku akan berpecah menjadi tujuh pulu tiga
dan hanya satu yang benar.”
Perbedaan
pemikiran tersebut membuat mereka saling menyalahkan, antara lain yang kita ketahui adalah:
Ahlussunnah Wal Jama’ah, Mu’tazilah Qodariyah dll. Yang semuanya memiliki
pendapat masing-masing tentang Tauhid/keyakinan atau tentang hal ketuhanan. Dan
kita sebagai orang yang memegang agama allah harus mengetahui manakah pemikiran
yang benar dal yang salah, dalam memandangnya kita harus berpegang teguh pada
Al-qur’an dan Al-hadist. Hal ini merupakan hal penting yang harus di pelajari
agar apa yang menjadi keyakinan kita tentang Allah tidak salah, dan seaandainya
apabila keyakinan kita salah tentang-Nya maka kita bisa saja kita di anggap
orang keluar agama Islam.
Sebelum
mengenal teologi Islam, kita terlebih dahulu mengenal istilah atau ilmu
filsafat islam dan tasawuf. Dan kesemuanya itu memiliki hubungan khusus. Dalam
makalah ini akan dijelaskan secara ringkas mengenai studi teologi islam baik
meliputi Pengertian teologi islam, Ruang lingkup studi islam, Sumber-sumber
Teologi Islam, dll. a. Pengertian
Teologi Islam
Teologi
dari segi etimologi berasal dari bahsa yunani yaitu theologia. Yang terdiri
dari kata theos yang berarti tuhan atau dewa, dan logos yang artinya ilmu. Sehingga
teologi adalah pengetahuan ketuhanan . menurut William L. Resse, Teologi
berasal dari bahasa Inggris yaitu theology yang artinya discourse or reason
concerning god (diskursus atau pemikiran tentang tuhan) dengan kata-kata ini
Reese lebih jauh mengatakan, “teologi merupakan disiplin ilmu yang berbicara
tentang kebenaran wahyu serta independensi filsafat dan ilmu pengetahuan. Gove
mengatkan bahwa teologi merupakan penjelasan tentang keimanan, perbuatan, dan
pengalaman agama secara rasional[1]. Sedangkan menurut Fergilius Ferm “the
discipline which consern God (or yhe divine Reality)and God relation to the
word (pemikiran sistematis yang berhubungan dengan alam semesta). Dalam
ensiklopedia everyman’s di sebutkan tentang teologi sebagai science of religion,
dealing therefore with god, and man his relation to god (pengetahuan tentang agama, yang karenanya
membicarakan tentang tuhan dan manusia dalam pertaliannya dengan tuhan).
Disebutkan dalam New English Dictionary, susunan Collins, the science treats of
the facts and phenomena of religion and
the relation between God and men (ilmu yang membahs fakta-fakta dan
gejala-gejala agama dan hubungan-hubungan antara tuhan dan manusia[2]).
Sedangkan
pengertian teologi islam secara terminologi terdapat berbagai perbedaan.
Menurut abdurrazak, Teologi islam adalah ilmu yang membahas aspek ketuhanan dan
segala sesuatu yang berkait dengan-NYA secara rasional. Muhammad Abduh :
التوحيد علم يبحث
عن وجود الله وما يجب ان يثبت له من صفاته وما يجوز ان يوصف به وما يجب ان ينفى عنه
وعن الرسل لاثبات رسالتهم ان يكونوا عليهم ومما يجوز ان ينسب اليهم وما يمتنع ان يلحق
بهم.
“ tauhid adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, tentang
sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya,
sifat-sifat yang sma sekali wajib di lenyapkan dari pada-Nya; juga membahas
tentang Rasul-rasul Allah, meyakinkan keyakinan mereka, meyakinkan apa yang ada
pada diri mereka, apa yang boleh di hubungkan kepada diri mereka dan apa yang
terlarang menghubungkanya kepada diri mereka”.[3]
Kalau
melihat definisi pertama dapat di pahami bahwa Muhammad Abduh lebih menekankan
pada Ilmu Tauhid/Teologi yaitu pembahasan tentang Allah dengan segala
sifat-Nya, Rasul dan segala sifat-Nya, sedang yang kedua menekankan pada metode
pembahsan, yaitu dengan menggunakan dalil-dali yang meyakinkan.
B.
Ruang Lingkup Studi Teologi Islam
Aspek
pokok dalam kajian ilmu Teologi Islam adalah keyakinan akan eksistensi Allah
yang maha sempurna, maha kuasa dan memiliki sifat-sifat kesempurnaan lainnya.
Karena itu pula, ruang lingkup pembahasan yang pokok adalah:
Hal-hal
yang berhubungan dengan Allah SWT atau yang sering disebut dengan istilah
Mabda. Dalam bagian ini termasuk Tuhan dan hubungannya dengan alam semesta dan
manusia.
Hal
yang berhubungan dengan utusan Allah sebagai perantara antara manusia dan Allah
atau disebut pula wasilah meliputi: Malaikat, Nabi/Rosul, dan kitab-kitab suci.
Hal-hal
yang berhubungan dengan sam’iyyat (sesuatu yang diperoleh melalui lewat sumber
yang meyakinkan, yakni Al-Quran dan Hadits, misalnya tentang alam kubur, azab
kubur, bangkit di padang mahsyar, alam akhirat, arsh, lauhil mahfud, dll).
Didalam
sejarah perkembangannya, Teologi islam pada mulanya berkembang dari: pertama,
sebagai metodologi teologi. Sebagai sebuah metodologi teologi merupakan suatu
cara untuk memahami doktrin agama melalui pendekatan wahyu dan pemikiran
rasionalnya. Kedua, menjadi ilmu teologi. Sebagai sebuah ilmu, teologi
merupakan ilmu yang membahas masalah ketuhanan dan segala sesuatu yang
berkaitan dengan-Nya. Dan ketiga, menjadi teologi aksiologi. Sebagai sebuah
aksiologi teologi, merupakan upaya memahami doktrin agama secara mendalam untuk
mengadvokasi berbagai permasalahan ketimpangan sosial.
Wilayah
pembahasan teologi Islam secara ilmiyah, dapat diklasifikasikan menjadi dua
bagian, yaitu: pertama, teologi islam klasik teoritik. Disiplin ilmu ini, hanya
membahas secara teoritik aspek-aspek ketuhanan dan berbagai kaitan-Nya. Kedua,
teologi islam kontemporer praktik. Disiplin ilmu ini, secara praktik membahas
ayat-ayat Tuhan dan sunnah-sunnah Rasul-Nya yang nilai doktrinnya mengadvokasi
berbagai ketimpangan sosial. Teologi kedua ini dapat dikembangkan lagi menjadi
tiga kategori: pertama, Teologi Lingkungan; kedua, Teologi Pembebasan; dan
ketiga, Teologi Sosial.
Ketiga
teologi Islam ini, merupakan teologi-teologi yang membahas aspek-aspek
ketuhanan dan berbagai kaitan-Nya, untuk mengadvokasi obyek formal teologi itu.
Seperti teologi lingkungan maksudnya yaitu pembahasan secara mendalam
doktrin-doktrin agama islam dengan argumen rasionalnya yang nilainya berupaya
mengadvokasi permasalahan alam semesta. Disini dapat dikaji lebih luas lagi
dengan menampilkan kajian seperti: teologi pemelihara lingkungan, teologi
sampah, teologi banjir, dan yang sebangsanya. Teologi Transformatif. Maksudnya
yaitu pembahasan secara mendalam doktrin-doktrin agama islam dengan argumen
rasionalnya yang nilainya berupaya mengadvokasi permasalahan perubahan. Disini
dapat dikaji lebih luas lagi dengan menampilkan kajian seperti: teologi
pembebasan, teologi pos modernisme, teologi sains, dan yang sebangsanya. Dan
Teologi Sosial. Maksudnya yaitu pembahasan secara mendalam doktrin-doktrin agama
islam dengan argumen rasionalnya yang nilainya berupaya mengadvokasi
permasalahan kemasyarakatan.
Dalam
mengembangkan kajian dalam bidang ilmu teologi Islam, maka berbagai
metodologi/pendekatan penelitiannya, dapat menggunakan beragam metodologi penelitian.
Hal ini disesuaikan dengan aspek teologi apa (aspek tokoh teologi,; karya-karya
para teolog; gagasan atau ide para teolog; sejarah perkembangan (tokoh-tokoh,
karya-karya, dan gagasan para teolog); pengaruh timbal balik antar tokoh,
karya-karya, dan gagasan para teolog dengan ipoleksosbudagama; perbandingan
(tokoh, karya-karya, dan gagasan); dan selain hal yang tersebut didepan) yang
akan diteliti oleh para pengkajinya.
C.
Sumber-sumber Pembahasan Teologi Islam
Adapun
sumber pembahasan yang digunakan untuk membangun Ilmu Teologi Islam menggunakan
beberapa sumber, yaitu:[4]
Sumber
yang ideal
Yang
dimaksud dengan sumber ideal adalah Qur’an dan Hadits yang didalamnya dapat
memuat data yang berkaitan dengan objek kajian dalam Ilmu Tauhid. Misalnya, telah
dimaklumi dalam ajaran agama, bahwa semua amal sholeh yang dilakukan oleh
ketulusan hanya akan diterima oleh Allah SWT apabila didasari dengan akidah
islam yang benar. Karena penyimpangan dari akidah yang benar berarti
penyimpangan dari keimanan yang murni dari Allah. Dan penyimpangan dari
keimanan berarti kekufuran kepada Allah SWT. Sedangkan Allah tidak akan
menerima amal baik yang dilakukan oleh orang kafir, berapapun banyaknya amal
yang dia kerjakan. Dalam hal ini Allah SWT berfirman:
“Barangsiapa yang murtad diantara kamu dari agamanya, lau dia mati
dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di
akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal didalamnya.” (QS. Al-
Baqoroh : 217)
2. Sumber Historik
Sumber
historis adalah perkembangan pemikiran yang berkaitan dengan objek kajian ilmu
tauhid, baik yang terdapat dalam kalangan internal umat islam maupun pemikiran
eksternal yang masuk kedalam rumah tangga islam. Sebab, setelah Rosulullah saw
wafat, islam menjadi tersebar, dan ini memungkinkan umat islam berkenalan
dengan ajaran-ajaran, atau pemikiran-pemikiran dari luar islam, misalnya dari
Persia dan Yunani.
Pemikiran
yang berkembang dalam kalangan internal umat islam, antara lain:
Pelaku
dosa besar. Masalah yang muncul, apakah masih ddihukumi sebagai mukmin atau
tidak.
Al-Quran
wahyu Allah. Apakah ia makhluk atau bukan, atau dengan kata lain, apakah
Al-Quran itu qadim atau hudus (baru).
Melihat
Tuhan Allah. Apakah itu di dunia atau di akhirat, atau di akhirat saja, dan
apakah dengan mata kepala ataukah dengan hati saja.
Sifat-sifat
Tuhan. Apakah Tuhan memiliki sifat-sifat zati dan sifat af’al (menurut konsepsi
al-sanusi,sifat-sifat ma’nawiyah), ataukah Dia tidak layak diberi sifat-sifat
tersebut.
Kepemimpinan setelah Rosulullah wafat, apakah ia harus dipegang
oleh suku Qurays saja , atau apakah nabi Muhammad saw meninggalkan wasiat bagi
seseorang dari ahlul bait untuk memimpin
umatnya ataukah tidak atau bahwa pemimpin itu harus dipilih berdasar
musyawaroh, atau menurut keputusan ahlul hall wal aqdi.
Takwil
terhadap ayat-ayat mutasyabihat. Apakah diperbolehkan mengadakan takwil atau
tidak. Misalnya:
Janganlah
kamu sembah disamping (menyembah) Allah, Tuhan apapun yang lain. Tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa,
kecuali Allah. Bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu
dikembalikan. (QS. Al-Qashas : 88)
Pemikiran
eksternal yang masuk kedalam rumah tangga Islam saat itu, dan melahirkan
persoalan teologi yang berkenaan dengan perbuatan baik dan buruk. Apakah Tuhan
Allah menciptakan baik dan yang terbaik saja (al-salah wa al aslah) untuk
manusia? Atau, Tuhan wajib menciptakan yang baik dan yang terbaik saja bagi
manusia sebab jika tidak demikian maka Dia tidak adil (dhalim), dan itu
mustahil bagi-Nya. Pendapat diatas diteruskan dengan pendapatnya, bahwa Tuhan
tidak menciptakan yang jahat. Jahat dan buruk, pada hakikatnya, ciptaan manusia
sendiri dan dia harus bertanggung jawab atas kejahatan yang dilakukannya.
Seperti, pemikiran dari Zoroaster dan filsafat Yunani. Ini yang pada saat itu
nampaknya lebih domonan dibanding dari pemikiran-penikiran lainnya.
D.
Metode Pembahasan Studi Teologi islam
Ada
dua metode atau cara pembahasan Ilmu Tauhid, yakni:
Menggunakan dalil naqli
Pada
dasarnya inti pokok ajara Al-Quran adalah tauhid, nabi Muhammad saw diutus
Allah kepada umat manusia adalah juga untuk mendengarkan ketauhidan tersebut,
karena itu ilmu tauhid yang terdapat didalam Al-Quran dipertegas dan diperjelas
oleh Rosulullah saw dalam haditsnya. Penegasan Allah dalam Al-Quran yang
mengatakan bahwa Allah itu Maha Esa antara lain:
“Katakanlah “Dia-lah Allah, yang Maha Esa; Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan diperanakkan. Dan
tidak ada serangpun yang setara dengan Dia”. (QS. Al-Ikhlas : 1-4)
Keesaan
Allah SWT tidak hanya pada zat-nyatapi juga esa pada sifat dan af’al
(perbuatan)-Nya. Yang dimaksud Esa pada zat adalah Zat Allah itu tidak tersusun
dari beberapa bagian. Esa pada sifat berarti sifat Allah tidak sama dengan
sifat-sifat yang lain dan tak seorangpun mempunyai sifat sebagaimana sifat
Allah SWT.
Menggunakan
Dalil Aqli
Penggunaan
metode rasional adalah salah satu usaha untuk menghindari keyakinan yang didasarkan
atas taklid saja. Seperti telah disebutkan dalam pembahasan terdahulu bahwa
iman yang diperoleh secara taklid mudah terkena sikap ragu-ragu dan mudah goyah
apabila berhadapan dengan hujjah yang lebih kuat dan lebih mapan. Karena itu
ulama sepakat melarang sikap taklid didalam beriman. Orang harus melakukan
nalar dan penalaran baik dengan memakai dalil aqli maupun dalil naqli. Didalam
Al-Quran banyak ditemukan ayat yang mengkritik sikap taklid ini, antara lain:
“apabila dikatakan kepada mereka, marilah mengikuti apa yang
diturunkan Allah dan mengikuti Rosul-Nya. Mereka menjawab, cukuplah bagi kami
apa yang kita dapatkan dari bapak-bapak kami, meskipun bapak-bapak mereka
tidakmengetahui apa-apa (tidak punya hujjah yang kuat) dan tidak mendapat petunjuk”.
(QS Al- Maidah : 104)
Ayat
ini mengandung kritikan terhadap sikap yang hanya ikut-ikutan sedangkan nenek
moyang yang diikutinya tidak memiliki hujjah yang kuat bagi keyakinannya. Dalam
hukum akal dijelaskan, apabila kita menerima suatu keterangan, maka akal kita
tentu akan menerima dengan salah suatu pendapat atau keputusan hukum, seperti:
Membenarkan
dan mempercayainya (wajib aqli)
Mengingkari
dan tidak mempercayainya (muhal atau mustahil)
Memungkinkan
(jaiz)
Adapun
dalam hal keyakinan, teori keyakinan membagi tipe keyakinan ada tiga, yaitu:
Keyakinan
itu ada dua, sentral dan periferal,
Makin
sentral sebuah keyakinan, ia makin dipertahankan untuk tidak berubah,
Jika
terjadi perubahan pada keyakinan sentral, maka sistem keyakinan yang lainnya akan
ikut berubah.
E.
Hubungan Ilmu Teologi, Filsafat Islam dan Tasawuf
Teologi
Islam sebagai sebuah disiplin ilmu yang subjek matternya adalah ketuhanan,
berada satu rumpun dengan disiplin ilmu pemikiran dalam islam (Teologi Islam,
Filsafat dan Tasawuf), memiliki hubungan yang dapat di klasifikasikan dalam:
Dalam
argumentasinya filasafat dibangun di atas dasar logika, sehingga hasil kajianya
spekulatif. Sedangkan ilmu Teologi sebagai ilmu yang menggunakan logika di
samping argumentasi naqliyah berfungsi untuk
mempertahankan keyakinan-keyakinan agama yang sangat tampak nilai apologinya.
Teologi berisi keyakinan kebenaran agama yang di pertahankan melalui
argumen-argumen rasional. Ilmu Tasawuf adalahh ilmu yang lebih menekankan rasa,
intuisi, atau ilham dan inspirasi yang datang dari tuhan pada rasio sehingga
bersifat subyektif.
Di
pandang dari obyek kajianya ilmu teologi adalah ketuhanan dan segala sesuatu
yang berkaitan denganya. Filsafat mengkaji masalah ketuhanan di samping masalh
alam, manusia, dan segala sesuatu yang ada. Sementara kajian tasawuf adalah
tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan pada-Nya. Di pandang dari hal ini ketiga di
siplin ilmu ini membahas maslah tentang ketuhanan.
Dalam
masalah kebenaran, ilmu teologi dengan metodenya sendiri berusaha mencari
kebenaran tentang tuhan dan yang berkaitan denganya. Filsafat dengan wataknya
sendiri,berusaha menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun manusia atau
tentang tuhan. Tasawuf dengan metodenya juga berusaha menghampiri kebenaran
yang berkaitan dengan perjalanan spritual.
Di
lihat dari aspek aksiologi, teologi berperan sebagai ilmu yang mengajak orang
yang baru untuk mengenal rasio sebagai upaya mengenal tuhan secara rasional.
Adapun filsafat, lebih berperan sebagai ilmu yang mengajak kepada orang yang
mempuyai rasio secara prima untuk mengenal tuhan secara lebih bebas melalui
pengamatan dan kajian alam dan ekosistemnya langsung. Sedangkan tasawuf lebih berperan sebagai ilmu
yang memberi kepuasan kepada oarnga telah melepaskan rasionya secara bebas
karena tidak memperoleh apa yang di carinya, selain itu tasawuf berfungsi
muatan rohaniah terhadap teologi dan filsafat.
tapi,
sebagian orang memandang ketiganya memiliki jenjang tertentu. Pertam ilmu
teologi islam, kemudian filsafat dan tasawuf. Jadi merupaka kekeliruan jika
dialektika kefilsatan atau tasawuf teoretis diperkenalkan kepada masyarakat
awam karena akan berdampak pada terjadinya rational jaumping.
F. Manfaat Studi Teologi Islam
Teologi Islam merupakan salah satu dari tiga pondasi Islam dan
pemahamanya harus ada dalam diri seseorang
manusia yang beriman. Sedangkan iman itu di nyatakan pertama nutqun bil lisan (menyatakan keislam
secaralisan) harus berlandaskan ilmu yang kuat yang di antaranya adalah ilmu
kalam ini. Kedua, a’malu bil arkan(melaksanakan keislaman secara fisik) dengan
berlandaskan ilmu yang hak di antaranya ilmu fiqh. Ketiga tashdiqu bil qolbi
(membenarkan islam dengan hatinya). Harus berpangkkal dengan ilmu batin yang
benar dan yang membenarkan adalah iomu tasawuf. Dari itu, mempelajari ilmu
teologi sangat urgen karena dapat memberikan landasan kuat bagi kebenaran
kayakinan keberislaman atau keberagamaan seseorang. Dalam hal ini menjadi
kekuatan keimanan seseorang muslim.
Aspek lain, ketuhanan merambah dan mengisi pada berbagai organisasi
tertentu sehingga menyebabkan timbulnya konflik, dengan ilmu teologi ini
mengkaji tentang kebenaran tentang ketuhanan sehingga konflik tersebut dapat di
atasi, dan tidak mendiskriminasikan antara satu aliran dengan aliran yang lain.
Akhir-akhir
ini, teologi islam sebagai sebuah aksiologi, telah banyak di tulis. Tulisan itu
di maksudkan mengadvokasi berbagai ketimpangan sosial baik aspek sosial
keperempuan, seperti teologi gender dll. Dengan teologi ini di harapkan
ketimpangan sosial yang terjadi dapat tereleminasi atau kalo mungkin teratasi
secara baik dan benar.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Teologi
islam adalah ilmu yang membahas aspek ketuhanan dan segala sesuatu yang berkait
dengan-Nya
Ruang
lingkupnya, Hal-hal yang berhubungan dengan Allah SWT atau yang sering disebut
dengan istilah Mabda, berkenaan dengan utusan Allah dan sam’iyyat.
Teologi
Islam berdasarkan Al-qur’an, Al-hadist dan sumber historis (perkembangan
pemikiran yang berkaitan dengan objek kajian ilmu tauhid)
Dengan
mempelajari Teologi Islam ini di harapkan agar mengetahui kebenaran-kebenaran
yang menjadi dan kebenaran tentang ketuhanan
dan ketimpangan sosial yang terjadi dapat tereleminasi atau kalau
mungkin teratasi secara baik dan benar.
b.
Saran
Sudah
sepantasnya kita sebagai orang Islam mengethui adanya aliran-aliran dalam
Islam, dan mungkin makalah sangat cocok bagi kita untuk di jadikan sebagai
pegangan dalam pembelajaran tentang ilmu kalam atau tentang ketuhanan, apalagi
kita brada di ingkungan bebas yang di situ banyak aliran-aliran dan pemikiran
menyimpang.
Daftar
Pustaka
Sarkowi,
Teologi Islam Klasik, ReSIST Literacy, Malang Cet I 2010.
Rozak,
Abdul. Anwar,Rosihan, Ilmu Kalam, CV Pustaka Setia, Bandung, 2006.
Majdid
Fakhry, The History of Islsmic Philoshopy, Columbia university, press Netwyor
,1983.
Hanafi
Ahmad, Pengantar Teologi Islam, Pustaka Alhusna Baru, Jakarta 2003.
Abduh,
Muhammad, Terj Risalah tauhid, Firdaus A.N, Bulan Bintang, jakarta 1979,
[1] Abdur
Razak dan Rosihan Anwar, Ilmu kalan, Pustaka Setia, bandung, 2006, Cet II, hlm.
14
[2]
A. Hanafi, Pengantar Teologi Islam, Pustaka Alhusna Baru, Jakarta 2003 Cet
VIII, hlm. 1
[3]
Muhammad Abduh, Risalah tauhid, terj, Firdaus A.N, Bulan Bintang, jakarta,
1979, hlm 36
[4]
Ibid, hlm 47-48
Related
posts:
RESENSI
BUKU TEOLOGI ISLAM
Referensi:
-Apa itu teologi?? Pengantar kedalam
ilmu teologi
Jakarta BPK.Gunung mulia 2007
Drewes B.f dan julianus mojau
-Al-Syatibi. Penerbit Erlangga.
Penulis Hamka Haq.
-http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=tujuan+teologi+islam&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CDEQFjAA&url=http%3A%2F%2Fblog.uin-malang.ac.id%2Ffityanku%2Fmakalah-teologi-islam%2F&ei=EwgnUYX1G8norQf8pIDQDQ&usg=AFQjCNH9b3bbIPtvCXtP2g_KvHgKGceydw&bvm=bv.42768644,d.bmk
-Copyright © FITYAN - BLOG KUMPULAN
KEGIATANKU DAN MAKALAH -MAKALAH STUDY KU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar